Tujuan Hidup Muslim Dalam Jangka Panjang

Hal yang dijelaskan pada post sebelumnya adalah Tujuan Hidup Muslim Dalam Jangka Pendek. Kemudian apa tujuan hidup jangka panjang dari seorang muslim?

Tujuan hidup yang kedua adalah tujuan jangka panjang dengan sasarannya akhirat. Bentuknya vertikal. Targetnya adalah mardhotillah (mencari keridhoan Allah). Dan ini yang oleh agama Islam disebut Hablu Minallah (hubungan antara manusia dengan Allah). Tali vertikal yang menghubungkan manusia langsung dengan tuhannya.

Untuk tujuan jangka pendek (dunia dan seluruh isinya) manusia membutuhkan pendidikan, pengalaman dan nasib yang memegang peranan sangat penting. Namun untuk akhirat, ketiga hal tersebut tidak terlalu berpengaruh karena unsur penunjangnya adalah prestasi ibadah. Bagaimana pun tingginya pendidikan atau banyak pengalaman tetapi nilainya nol besar di hadapan Allah apabila tidak adanya prestasi dalam ibadah.

Itu sebabnya seorang muslim melakukan shalat, puasa, haji dan zakat. Walaupun misalkan adanya target dunia, itu semua hanya side effet. Sekedar satu efek sampingan karena target utamanya adalah tujuan jangka panjang (akhirat dan ridho Allah).

Kenapa kita shalat? Untuk mencari ridho Allah. Kenapa kita laksanakan ibadah haji? Untuk mencari ridho Allah. Kita bangun di keheningan malam guna melakukan shalat Tahajud, itu karena untuk mencari ridho Allah.

Kalau ada akibat dunia, maka itu akibat sekunder saja. Misalnya, ada seseorang yang tekun ibadah dan rezekinya lancar. Itu baru persekot (bonus) atau tanda jadi. Kadang-kadang bonusnya saja sudah nikmat kok, apalagi cash-nya, kontannya. Sebaliknya, misalkan ada seorang yang rajin ibadah tetapi rezekinya seret (kurang). Jangan jadi alasan untuk tidak beribadah.

Seseorang ditanya, “Kok elu gak shalat?”

Ia menjawab, “Ngapain shalat. Tetangga gua, ada yang rajin shalat tapi ia masih aja melarat.”

Ya, memang. Shalat itu bukan untuk target dunia. Bukan untuk kaya. (kalau mau kaya, kamu mesti bekerja). Shalat merupakan targetnya akhirat. Oleh sebab itu, seorang muslim adalah seorang yang berpandangan luas dan berjiwa lapang. Maksudnya apa? Tujuan jangka pendek dan jangka panjang ini harus ia raih keduanya. Inilah yang diajarkan oleh Al-Quran bahwa Muslim itu harus Fi dunya hasanah, wafil akhiroti hasanah artinya ia mempunyai kebaikan dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.

Allah menjelaskan dalam Al-Quran Surat Al-Qasas Ayat 77 :

Kenapa seorang muslim harus berjiwa besar? Sebab andaikata ia gagal mencapai tujuan jangka pendek, ia masih bisa mencapai tujuan jangka panjang. Dia masih bisa menghibur dirinya.

“Biarlah di dunia ini kita susah, asalkan nanti di akhirat bisa berbahagia.”

Bagi orang yang tidak memiliki pandangan hidup seperti ini maka Surganya dia adalah dunia yang sedang ia tinggali sekarang ini. Segalanya telah tertumpu di sini. Bila umurnya selesai dan ajalnya datang maka habis juga Surganya. Dan dia tidak mempunyai pengharapan lain di belakang itu. Maka seluruhnya bertumpu kepada kehidupan di dunia. Padahal dunia ini seperti air laut, makin diminum makin haus dan makin kering tenggorokan. Jika dunia yang diperturutkan maka ia akan menyeretnya ke dalam lingkaran setan dan terjebak ke dalam sifat tamak, rakus atau serakah.

Yang paling rusak itu adalah orang yang dunianya susah dan di akhiratnya celaka. Naudzu billahi min dzalik. Misalnya, di dunia ini ia rumahnya gubuk, di samping kali dan miring. Asal hujan, bocor. Utangnya selebar warung. Shalat, nggak. Ngaji gak pernah. Puasa, nggak. Tiap malem, ngeluh terus.

Lalu kapan mau bahagia? Kalau di dunia merana, di akhirat sengsara. Oleh karena itu, sikap seorang muslim itu harus berjiwa besar. Sebuah kegagalan dalam jangka pendek (dunia) tidak boleh menghalangi dirinya untuk mencapai akhirat. Seorang muslim harus punya jiwa besar dan optimis.

Sikap yang kedua bagi seorang Muslim adalah cara ia melaksanakan tujuan jangka pendek disertai dan diwarnai oleh keyakinan adanya tujuan jangka panjang.

Dia memang benar cari harta tetapi karena dia yakin ada akhirat ia akan bepikir, apakah Allah akan ridho atau tidak jika ia melakukan pekerjaan itu? Halal kah? Atau justru haram? Bagaimana pandangan Islam tentang pekerjaannya itu? Saya memang ingin berpakaian rapi. Tapi jika sampai mengumbar aurat, apakah Allah akan ridho atau tidak? Bergaul dan menghormati teman, main kesana-kemari dan malah terjebak mabuk-mabukan. Apakah Allah ridho dengan hal tersebut?

Ini adalah ciri-ciri Muslim yang mempunyai tujuan jangka panjang. Segala hal yang ia lakukan selalu dibingkai dengan pertanyaan apakah Allah ridho? Keyakinannya terhadap tujuan jangka panjang mewarnai gaya hidupnya di dunia ini.

Tanpa prestasi ibadah, kita semua bernilai nol besar dalam pandangan Allah. Ini adalah nilai manusia yang hakiki. Ini adalah makna dari Al-Quran Surat Al-Hujurat Ayat 13 yang berbunyi :

Di akhirat nanti itu tidak akan disidang dengan pertanyaan, kamu pendidikannya setinggi apa? Gelarmu berapa renteng? Yang benar, Akhirat itu akan menyidang apakah kamu Shalat atau tidak? Kau puasa atau tidak? Kau zakat atau tidak? Kamu dapat harta, dari mana kamu mendapatkannya dan dibelanjakan untuk apa harta tersebut? Prestasi ibadah itu adalah yang utama.

Kerbau dinilai dari dagingnya. Makin gemuk, makin mahal harganya. Tapi ada burung perkutut yang lebih mahal harganya daripada kerbau. Perkutut itu mahalan mentahnya lho daripada matengnya. Karena harga Perkutut ada pada suaranya.

Lalu di mana harga manusia? Yang paling gemuk? Tidak. Apakah dari suaranya? Oh, kalau manusia dinilai dari suaranya, maka kemungkinan Madonna-lah juaranya. Hanyalah prestasi ibadah kita dapat mencapai tujuan jangka panjang yaitu akhirat dan ridho Allah.

###

View My Daily Post

One thought on “Tujuan Hidup Muslim Dalam Jangka Panjang

Comments are closed.