Teman-teman sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu Wata’ala, semoga hatinya selalu dijaga oleh Allah agar selalu yakin dan percaya kepada-Nya. Karena kelemahan kita itu berawal saat mulai meragukan Allah. Dalam segala dinamika hidup, kita selalu membutuhkan Allah. Kita butuh Allah saat mendapatkan ujian, bahkan kita tetap membutuhkan Allah saat mendapatkan nikmat.
Kalau kita butuh Allah saat diuji agar kesabaran kita terjaga. Karena orang yang tidak ditemani oleh Allah ketika dia sedang diuji maka dia akan sering berkeluh-kesah bahkan berputus-asa. Bentuk kebersamaan dia dengan Allah adalah Allah menghibur, menenangkan dan menghidupkan hatinya dengan nikmat iman seperti yang telah Allah firmankan dalam Al-Qur’an.
Bukankah dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang? Dan orang beriman, apabila diingatkan dan disebutkan nama Allah maka hatinya akan bergetar. Allah menghiburnya dengan ayat dalam surat Adh-Dhuha.
Allah juga menghiburnya dengan ayat inna a’toinakal kalkausar dan laa tahzan innalaha maana.
Allah menemani hamba-Nya tidak hanya saat diuji tetapi saat mendapatkan nikmat. Kalau Allah tidak menjaganya saat dia diberi nikmat maka nikmat itu bisa menjadi jalan dia terjerumus ke dalam kubangan dosa.
Justru nikmat itulah yang menjadi penghalang bagi dia untuk mengingat Allah karena dia sibuk menikmati hidupnya. Dia menjadi malas untuk bangun tengah malam (shalat tahajjud) karena dia tidurnya larut. Kenapa tidurnya larut? Karena terlalu banyak hal yang ia nikmati sebelum tidur.
Dia bisa makan-makan, jalan-jalan, ngopi, bertemu teman, belanja, bahkan dia menunggu midnight sale untuk bisa menghabiskan nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Sehingga akhirnya ia tidur terlalu larut sehingga ia tidak bisa bangun untuk menghadap Allah (shalat tahajjud) bahkan shalat subuhnya terlewat karena masih tidur.
Ia curhat dalam doa-doa di tahajjudnya hanya dilakukan saat ia lemah dan mendapatkan ujian, tetapi saat mendapatkan nikmat ia sudah lupa akan hal ini. Ketika dia diuji Allah, dia mudah untuk bangkit tengah malam, curhat, sujud panjang dan menangis dalam doa. Tapi ketika Allah memberinya nikmat, curhatnya menjadi hilang dan dia tidak shalat tahajjud lagi.
Inilah yang terjadi jika Allah tidak menemaninya saat ia mendapatkan nikmat. Kalau hal ini terjadi terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, maka dia bisa terjebak ke dalam istidraj.
###
Yuk nongkrong bareng UHA di sini!
Makasih mas informasinya, bagus untuk saya terapkan saat saya merasa lemah 🙂
sama-sama. salam kenal mas geografi