Qira’aah Kitab Arrisalah Al-Qushairiyyah oleh Ustadz Prof. H. Abdul Somad, Lc., MA. Ph.D
Menjaga diri dari yang haram disebut taqwa. Sedangkan menjauhkan diri dari yang syubhat disebut wara’. Bicara soal wara’ bukan bicara tentang halal dan haram.
Abu Dzar Al-Ghifari berkata, “Rasul bersabda, ‘Kalau mau melihat kualitas keislaman seseorang, lihatlah bagaimana ia mampu meninggalkan hal-hal yang tidak penting menurut syariat Islam.’”
Imam Ibrahmim bin Adham berkata, “Wara’ adalah meninggalkan semua yang syubhat (samar-samar).”
Abu Bakar Siddiq radiyallahu anhu berkata, “Kami meninggalkan 70 pintu halal karena kami takut terjerumus pada satu pintu yang haram.”
Rasulullah berkata kepada Abu Hurairah, “Wahai Abu Hurairah, jadilah engkau orang yang wara’ maka engkau akan menjadi orang yang paling banyak beribadah kepada Allah.”
Imam Sirri Assaqati berkata, “Orang-orang wara’ (pada masa itu) ada enpat yaitu, Khudaifah Almurtais, Yusuf bin Asbat, Ibrahim bin Adham dan Sulaiman Alhowwas. Mereka memandang sifat wara’ dengan teliti dan seksama. Ketika khawatir akan terjerumus (pada hal haram) maka mereka segera melakukan taqollul (meminimalisir) bicara, bergaul, pandangan, pendengaran dan sikap lainnya.”
Imam Sibli berkata, “Wara’ adalah engkau menjaga dirimu dari semua hal selain Allah.”
Ishaq bin Khalaf berkata, “Wara’ adalah orang yang menjaga lidah (ucapan) dari perkataan buruk. Menjaga lidahnya ini lebih berharga daripada emas.”
Imam Abu Sulaiman Addarani berkata, “Wara’ adalah langkah pertama sebelum zuhud. Sedangkan qanaah itu satu sisi dari ridha.”
Imam Abu Usman berkata, “Orang yang wara’ itu hisabnya ringan.”
Imam Yahya bin Muadz berkata, “Orang wara’ itu jika ilmu sudah berkata ‘jangan’ maka dia tidak aka melakukan tanpa perlu banyak interpretasi (tidak ngeyel).”
Imam Abdullan bin Aljalla berkata, “Aku mendengar ada seseorang yang tinggal di Mekkah selama tiga puluh tahun. Dia tidak pernah minum air zamzam kecuali dengan menggunakan tali dan timba miliknya sendiri. Dia tidak mau makan makanan yang dikirim dari kota lain.”
Yahya bin Muadz berkata, “Wara’ itu memiliki dua sisi yaitu dzohir dan bathin. Wara’ pada dzohir adalah dia hanya bergerak (beramal) untuk Allah. Sedangkan wara’ pada bathin artinya tidak ada yang masuk ke dalam hatimu kecuali hanya Allah. “
Imam Yunus bin Ubaid berkata, “Wara’ adalah keluar dari semua hal yang samar-samar (syubhat) dan selalu instropeksi diri dalam setiap kedipan mata.”
Imam Syufan Assauri berkata, “Wara’ itu mudah. Kalau kamu merasa hatimu sempit (menolak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan syubhat) maka tinggalkan.”
Imam Ma’ruf berkata, “Jagalah lisanmu dari terlalu banyak memuji-muji orang sebagaimana kamu menjaga lisanmu dari mencaci-maki orang.”
Imam Bisr bin Harits berkata, “Amal yang paling berat itu ada tiga. Pertama, mampu menjadi orang dermawan padahal dirinya dalam keadaan terbatas (sedikit harta). Kedua, mampu menjaga diri dari yang syubhat (bersikap wara’) meskipun tak ada orang lain yang melihat. Ketiga, mampu berkata tegas kepada orang yang ditakuti dan disegani.”
###
Penjelasan lebih lengkap bisa kamu dengar dan resapi langsung dari Ustadz Abdul Somad dengan melihat video di bawah ini.
Mari belajar hal lain dari Ustadz Abdul Somad di sini.