Saya Pamit

Rindu ini membuncah, tak tertahan, tak terbendung, sungguh rumit

Nyeri dan berdebar-debar seperti dikalungi celurit

Badan tak bisa bergerak tetapi pikiran melayang menembus langit-langit

Namun ia telah pergi meninggalkan rasa sakit

Laksana pisau menyayat-nyayat kulit

Ibarat tubuh dihinggapi parasit

Aku tetap tak bisa berkelit

Rasa ini fakta, hati ini menjerit-jerit

Ketika kau berkata, “Saya pamit.”

Ini tak mudah, cukup sulit

Tak butuh dukun untuk bacakan wangsit

Hanya perlu lapang dada meskipun masih terasa sempit

###

Puisi lainnya di sini.

Pembohong yang Payah

(Ini adalah puisi tentang pasangan. Baris pertama adalah suara si lelaki. Kedua, ialah perempuan. Begitu seterusnya. Atau kau bisa menukar urutannya. Suka-suka kau sajalah)

Perahu ini sudah tak seimbang dan goyah
Kita telah kehilangan arah
Kau yang salah, kau pula yang marah
Aku yang salah, marah kau tambah parah

Hush, jangan banyak cakap
Akulah yang seharusnya bercakap
Dengarkan dengan sigap
Ini sebuah curahan hati bukan rap

Kau tahu, aku pun lelah
Dengan semua omong kosong sampah
Aku tak ingin bersumpah serapah
Tapi kau memang banyak tingkah

Udara di sini sungguh pengap
Kualitasnya kotor serta gelap
Hubungan ini pun sama, tak ada harap
Kita saling menyalahkan, tak sudi saling tatap

Kau pembohong yang payah
Selalu berkelit, padahal tahu salah
Gelagatmu bisa terbaca dengan mudah
Tak pantas kau marah-marah

Rasa ini perlu dilatih supaya cepat tanggap
Peka pada apa yang kau mau dan anggap
Beri aku kesempatan untuk menetap
Agar nanti kita bisa berteduh di bawah satu atap

###

Puisi Cinta lainnya ada di sini.

Cinta Beda Keyakinan

Seperti inilah rasanya diabaikan

Tak pernah disapa sekalipun ada

Tak pernah dilirik sungguhpun nyata

 

Beginilah cinta bertepuk sebelah tangan

Sekeras apa pun berjuang, hatinya tetap bergeming

Sebesar apa pun berkorban, tak dianggap penting

 

Inilah cinta beda keyakinan

Aku yakin dialah satu-satunya untukku

Dia sangat yakin dan berucap, “Kau bukan untukku.”

###

Puisi Cinta lainnya ada di sini.

 

Kerudung Merah

Ketika kubuka jendela, kehampaan datang menyapa
Apakah karena hembusan lembut Sang Bayu bawa aroma embun pagi?
Atau rintiknya air hujan menumpas khayalan asmara?
Aku kembali berselimut menahan kebekuan di dalam hati

Ketika aku berjalan sendiri mendaki gunung kebisuan
Apakah langkah ini kubawa ke puncak ataukah hanya diam dalam kebingungan?
Gemuruh suara hati memaksaku bangkit dari keputusasaan
Saat kau tiba-tiba datang memecah kesunyian Continue reading “Kerudung Merah”

HATI YANG BEKU

Tahukah engkau, wahai jiwa?
Matahari mampu menghangatkan Bumi
Menggantikan malam yang diterangi Rembulan
Menumbuhkan harapan dari benih impian
.
Tahukah engkau, wahai jiwa?
Jika kau berjalan di kutub utara
Sendirian di malam yang gulita
Tanpa alas, tanpa jaket, tanpa penutup kepala
.
Tahukah engkau, wahai jiwa?
Seandainya hal itu terlaksana
Kau akan mati membeku dan merana
Akibat udara dingin yang dahsyat sempurna
.
Sama halnya dengan hati manusia
Ia bisa sangat hangat atau sangat dingin
Hati yang hangat mampu menenangkan
Hati yang beku dapat membahayakan

?????????????????????????????????????????????????????????????????
Saat ini aku merasakan bekunya hati
Kecewa, tidak peka, tak ada warna
Aku tak tahu kenapa ini bisa terjadi
Aku merasa lelah, tak ada semangat, tiada asa
.
Tahukah engkau, wahai jiwa?
Aku sepi sendiri disini
Tanpa ada yang menghiburku
Tak seorang pun menemaniku
.
Hatiku masih beku
Dingin sedingin salju
Hatiku harus segera mencair
Kembali hangat dan mengalir
.
Hatiku tak boleh beku lagi
Aku harus temukan seorang bidadari
Yang mampu melelehkan hatiku
Yang sanggup menyentuh jiwaku
.
Duhai belahan jiwaku
Datanglah dari manapun kau berada
Temui aku disini dan obatilah hatiku yang beku
Aku tunggu dan akan selalu kutunggu

 

Kenali Hatimu di sini.