Tak Ada Gading yang Tak Retak

Sebagai anak kecil pada umumnya aku adalah seorang yang ekspresif. Mudah bergembira akan sesuatu meskipun kecil. Mudah marah kalau keinginan tidak terkabulkan. Namun cepat melupakan masalah dan berbaikan karena ada teman-teman yang mengajak bermain lagi.

Bertambahnya usia yang beranjak remaja, mulailah aku mengenal masalah yang lebih rumit daripada sebelumnya. Keluargaku yang berlatar belakang ekonomi lemah seringkali menjadi penghambat tercapainya sebuah rencana atau keinginan untuk membeli sesuatu. Rasa iri terhadap teman-teman yang bisa membeli semua yang mereka mau sudah mulai tumbuh di dalam dada. Hal yang paling menyedihkan adalah ketika aku menginginkan sesuatu tetapi tidak bisa mewujudkannya.

Masa remaja beralih menuju dewasa level awal. Yaitu ketika memasuki perkuliahan. Di masa ini pun aku bertemu lagi dengan tipe orang yang aku benci. Dialah mahasiswa yang berasal dari keluarga berada, yang bisa menyewa kamar kos paling mewah, membayar uang kuliah selalu di awal waktu, memiliki kendaraan dan gawai yang canggih, serta uang bulanan yang tak pernah kekurangan. Tetapi ia tidak belajar dengan seharusnya di kampusnya. Tidak serius, sering bolos, main sana-sini, bermain game sepuasnya, mencontek tugas kuliah dan tak pernah malu kalau harus mengulang sebuah mata kuliah. Di sisi lain, adalah aku yang untuk kuliah saja, Bapak mesti berutang dan bekerja keras di proyek-proyek pembangunan gedung.

Memasuki dunia pekerjaan pun tak jauh berbeda. Aku selalu menemukan orang yang bermuka dua, penjilat level dewa dan memiliki energi untuk membual tiada henti. Di tempat lain, ada pula orang-orang yang tidak bisa memegang janji dan komitmennya.

Kemudian aku duduk merenung memikirkan semua ini. Mau ke manapun pergi, di manapun termpat aku berada, menjadi sebuah bagian dari suatu kelompok atau sekedar bertemu sembarang orang di jalanan, masalah itu akan selalu datang menghampiri. Tetapi tidak ada masalah yang tak bisa diatasi, bukan?

Tentang iri hati itu sudah ada obatnya yaitu ikhlas dan bersyukur. Bahkan jika aku sekaya apapun, nafsu untuk memiliki lebih banyak kekayaan akan terus ada. Manusia jika diberi segunung emas masih akan bertanya apakah masih ada gunungan emas yang kedua. Mempelajari kedua ilmu ini memang tak akan ada habisnya. Harus selalu dilatih.

Semua ciptaan Tuhan itu indah, bahkan pada sesuatu yang kita anggap cacat seperti retakan gading gajah. Gading justru indah karena ada retakannya. Jika mulus itu bukan gading tetapi akrilik.

Jika membandingkan kelebihan orang lain dengan kekurangan diri sendiri maka timbullah stres. Jika membandingkan kelebihan diri sendri dengan kekurangan orang lain maka muncullah sombong. Bersikap sewajarnya adalah hal yang paling bijaksana.

Kadang-kadang terlintas dalam benak kapan semua getir, gusar dan gundah ini berakhir? Semua berhenti sampai ajal tiba. Hingga masa itu manusia pasti akan dihinggapi ketiga perasaan tadi. Hanya mereka yang bisa berdamai dengan dirinya sendiri, ikhlas, bersyukur terhadap apa yang mereka miliki serta tetap melakukan amal kebaikan sebagai bekal di akhirat kelak, yang bisa tenang menghadapi hidup.

###

Silakan baca pos lainnya di sini.

Cara Savage Balesin Haters

Namanya orang lagi sariawan, makan apa aja ya pasti dia bilang nggak enak, bukan makanannya yang salah, dianya yang lagi sensi, dianya yang lagi sakit. Persis seperti haters, masalahnya ya di dia, maka orang lain mau kayak apa aja, ya bagi dia pasti salah. Hatinya udah dikunci dari dalem, nggak bisa dibuka dari luar. Continue reading “Cara Savage Balesin Haters”

GPS 4 – Dua Orang Yang Bertemu dan Berpisah Karena Allah

Golongan Penghuni Surga (GPS) yang keempat adalah dua orang yang menjalin persaudaraan, mereka bertemu dan berpisah karena Allah. Bersaudara karena Allah. Bukan karena orang berpangkat tinggi lalu kita temani. Bukan karena orang kaya lalu kita dekati. Tetapi karena Allah. Continue reading “GPS 4 – Dua Orang Yang Bertemu dan Berpisah Karena Allah”

SINGLE

Tadi malam gue baru saja nonton film Raditya Dika yang terbaru. Judulnya SINGLE. Yup, seperti gue yang lagi sendiri alias jomblo. Gue suka film-film yang dibuat oleh Raditya Dika. Film Single berhasil membuat gue terhibur, ketawa-ketiwi, terharu, kesal, sedih, gregetan dan yang paling gue suka adalah unpredictable ending. That’s very a good one.

Dari film Single gue belajar banyak hal, terutama tentang sudut pandang terhadap kata single itu sendiri. Sampai tadi malam gue masih berpikir bahwa menjadi single adalah sebuah momok yang menakutkan, tabu dan lebih cenderung kepada gengsi terhadap pandangan orang sekitar yang mencap gue jomblo atau tak laku. Well, akhirnya hari ini gue belajar sesuatu bahwa single itu bukan hanya tentang mencari pasangan untuk hubungan pacaran saja, bukan untuk memuaskan nafsu atau hasrat untuk berpasangan. Terkadang kita terbuai atau tertutupi sebuah pemikiran yang menyebutkan bahwa single itu adalah seorang yang payah dan tidak menarik. Lebih baik mana single tapi tetap memelihara kebaikan dan berusaha mencari pasangan terbaik? Atau memaksakan diri dalam sebuah hubungan yang kamu sendiri tahu bahwa hubungan yang akan kamu jalin itu tidak akan berhasil karena kamu sendiri merasa tidak cocok dengan pasangan?

Single

Lepas dari semua itu, menjadi single berarti gue bebas mencari atau berburu semua wanita yang gue suka. Juga, artinya gue bakalan bebas ditolak dan diabaikan oleh semua wanita yang gue kejar. Namun, sekarang gue tahu. Hal yang penting bagi gue sekarang adalah bukan soal memiliki pacar atau tidak, melainkan gue harus bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Gue harus bisa membuat orang lain bahagia terlebih dahulu baru kemudian giliran gue. Other comes first. That’s it.

Banyak quote yang gue ingat dari film Single. Salah satunya yang paling gue hapal adalah, “Saat lo jatuh cinta atau lagi suka sama seseorang (gebetan), IQ lo bakal turun 10 poin. Tapi sebodoh-bodohnya lo, lo harus tahu apakah hal yang lo rasain itu hanya penasaran atau emang suka beneran sama gebetan?”

Deg! Kata-kata itu langsung nyambar di pikiran gue. Rasanya seperti tertembak panah tajam. Headshot! Kenapa? Karena itu yang gue alami selama setahun ini.

Sejak gue putus dari mantan gue yang dulu, gue udah move on dan tanpa lelah dan letih mencari pasangan hidup gue, belahan jiwa gue. Segala cara gue tempuh. Mulai dari dicomblangin temen, jadi member di situs perjodohan atau bahkan referensi dari keluarga.

Gue jalani satu per satu. Kalau satu perempuan gagal gue deketin, gue beralih ke yang lainnya. Bisa dibilang sepanjang tahun 2015 ini adalah tahun perjuangan gue mencari pasangan. Namun sayangnya hingga saat ini status single masih melekat di diri gue.

Gue selalu mencari perempuan untuk dijadikan sebagai calon istri. Oleh karena itu, gue selalu memilih yang terbaik buat gue. Mulai dari parasnya, keluarganya, hartanya dan agamanya. Keempat hal itu gue pelajari dari Hadits Nabi tentang tips mencari pasangan hidup.

Gue pernah pacaran sama perempuan yang keempat-empatnya ada tapi gagal karena ternyata ia memilih cowok yang lebih mapan. Gue juga pernah pacaran sama perempuan yang agamanya sangat bagus. Pada saat itu gue mengabaikan parasnya. Bagi gue kecantikan bukanlah nomor satu. Tapi lama-kelamaan gue sadar, kalau gue gak bisa mencintai orang yang gue sendiri kurang suka atau minimal gue punya respect sama dia. Akhirnya, seperti yang gue kira, hubungan gue sama dia berakhir.

Ada juga perempuan yang dikenalkan sama keluarga. Gue senangnya bukan maen karena gue gak perlu repot-repot cari pasangan. Proses perkenalan pun terjadi. Awalnya sambutan dari si cewek itu baik namun lambat-laun menjadi beda. Kalau lo sering deketin cewek dan sering ditolak plus diabaikan lo bakalan punya radar aktif yang otomatis ngasih lo warning buat ngasih tau kalau cewek yang lo deketin emang gak suka sama lo. Dan pada saat itu, radar gue jadi tiba-tiba aktif. Tepat seperti dugaaan gue, dia emang benaran gak suka dan makin menjaga jaraknya. Bahkan lebih jauh daripada jarak sebelumnya yang udah emang jauh. Keluarganya ngasih tau kalau dia masih pengen lanjutin kuliahnya dulu. Baru juga masuk, masa udah mau kawin? Gitu kata keluarga si cewek.

Well, penolakan demi penolakan memang pahit rasanya. Gak ada yang manis. Tapi gue nge-push diri gue supaya tetap berjuang mencari perempuan idaman. Malu lah sama temen-temen. Mereka udah pada kawin, gue kapan? Lagian gue takut, sangat takut dan khawatir kalau gue terjerumus ke dalam zina. Nauzubillahi min dzalik.

Ada satu perempuan yang gue pengen ia jadi pacar gue. Gue pernah kerja di tempat yang sama dengan dia. Sekarang setelah gue pindah kerja dan tempat tinggal, hubungan kita mirip ingus. Hilang-timbul gitu. Slurp–ah–slurp–ah. Gue mau dia jadi pacar gue karena dia cantik, imut, lucu, umurnya di bawah gue 3 tahun dan lain-lain.

Tapiiiiiiiii…..

Setelah gue nonton film Single yang ngajarin gue buat nanya ke diri gue sendiri, apakah beneran lo suka sama tu cewek atau lo hanya penasaran saja? Lo udah cinta sama dia? Emang lo juga udah tau kalau dia juga sama lo? Kalau enggak gimana? Jaraknya juga jauh. Dia di Bandung, lo di Jakarta. Memang deket sih kalau pakai mobil ke sana bolak-balik Jakarta-Bandung. Tapi masa iya sih lo mau terus-terusan pulang pergi untuk nemuin dia dalam waktu sebulan atau tiap minggu. Percaya deh, lo gak bakalan sanggup LDR. Lo udah pernah ngejalanin LDR sama beberapa cewek di masa lalu lo. Dan tebak apa? Semuanya gak ada yang berhasil alias berantakan. Gak ada satu pun yang akhirnya jadi calon istri lo kan? Yang deket aja bisa rusak hubungan apalagi yang jauh. Lo juga udah pernah nanya sama ni cewek apakah dia ada yang deketin atau ngasih perhatian sama dia. Dan dia bilang, “iya ada.” Terus lo juga pernah nembak dia kan? Dan sampai beberapa bulan ke depannya lo gak dikasih jawaban apa-apa. Menurut dia, lo itu bukan siapa-siapa. Jadi gak masalah bagi dia untuk nyuekin lo bahkan lupa dengan janjinya kalau dia mau ngasih jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ setelah lo ungkapin perasaan lo sama dia.

Sekarang, gue gak butuh lagi jawaban dia secara verbal karena dari sikapnya dia udah mencerminkan kalau dia emang gak suka sama gue. Di matanya, gue gak penting. Mirip acar di nasi goreng abang-abang. Ada atau tidak ada acar, itu gak penting.

*gue hirup nafas dulu….

*masih

…..

Cukup.

Nah, sekarang gue bisa bernafas lega karena dari fllm Single gue akhirnya berpikir bahwa ternyata si cewek Bandung yang gue taksir itu nggak gue cintai. Gue hanya penasaran. Gue bakalan butuh waktu untuk dapetin calon istri, seorang pendamping hidup gue. Semoga waktu tidak lagi bermain-main sama gue. Dengan ikhtiar dan doa gue berharap wanita idaman gue datang. Oh bukan… wanita yang gue butuhkan akhirnya akan hadir di kehidupan gue. Gue tahu Allah selalu ngasih timing yang pas buat gue. Dia Maha Tahu apa yang gue butuhkan. Semoga Dia juga bisa memberikan apa yang gue inginkan karena gue tahu Dia Maha Kuasa Atas Segala Sesuatu.

Aminn….

 ###

Single-OST

Cerita lainnya ada di sini.