Hagia Sophia

Halo, Sahabat!

Siang tadi sekitar pukul setengah 12, aku membeli satu porsi Mie Ayam langganan di dekat kosan. Sambil menyiapkan pesananku, ibu penjual itu malah bercerita singkat tentang sejarah dia tinggal di Jakarta. Kenapa ia berjualan di sini, berapa lama, anak yang satu sudah jadi guru dan memiliki keluarga, si bungsu baru masuk Universitas Diponegoro hingga cerita tentang dirinya yang sekarang tinggal sendirian di Jakarta. Suaminya sudah meninggal setahun yang lalu. Kini dia berjuang sendiri di sini. Sungguh seorang ibu yang tangguh.

Setiap orang memiliki cerita dan sejarahnya sendiri. Lebih luasnya lagi adalah sejarah suatu bangsa. Nun jauh di belahan Bumi sana tersiarlah kabar tentang sebuah bangunan bernama Hagia Sophia.  Hagia Sophia atau Aya Sofya (dari bahasa Yunani: Ἁγία Σοφία Bizantium Yunani [aˈʝia soˈfia]; bahasa Latin: Sancta Sophia atau Sancta Sapientia; bahasa Arab: آيا صوفيا; “Kebijaksanaan Suci”) adalah sebuah tempat ibadah di Istanbul, Republik Turki. Dari masa pembangunannya pada tahun 537 M sampai 1453 M, bangunan ini merupakan katedral Ortodoks dan tempat kedudukan Patriark Ekumenis Konstantinopel, kecuali pada tahun 1204 sampai 1261, ketika tempat ini diubah oleh Pasukan Salib Keempat menjadi Katedral Katolik Roma di bawah kekuasaan Kekaisaran Latin Konstantinopel.

Bangunan ini menjadi masjid mulai 29 Mei 1453 sampai 1931 pada masa kekuasaan Kesultanan Utsmani. Kemudian bangunan ini disekulerkan dan dibuka sebagai museum pada 1 Februari 1935 oleh Republik Turki.

Berita terbaru dari Presiden Recep Tayyip Erdogan bahwa Hagia Sophia resmi menjadi masjid kembali pada Jumat, 10 Juli 2020 setelah pengadilan Turki memutuskan bahwa konversi Hagia Sophia pada tahun 1934 menjadi museum adalah ilegal. Keputusan ini membuka jalan untuk kembali mengubah monumen tersebut menjadi masjid.

Banyak negara lain yang meributkan hal ini. Banyak yang protes. Tapi apa kata Presiden Erdogan? Beliau berkata, “Ini urusan negara kami.” Ya, benar. Negara lain tak akan bisa berbuat apa-apa karena mereka bukan penguasa dari Negara Turki.

Kabar tentang ini disambut dengan rasa syukur oleh masyarakat muslim Turki. Mereka sholat di depan Hagia Sophia. Pada tanggal 24 Juli 2020 nanti bangunan ini akan mulai dioperasikan menjadi masjid.

Kesan buruk Turki sebagai negara sekuler semasa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk semoga lekas sirna. Presiden Erdogan juga mengatakan bahwa dengan dibukanya Hagia Sophia menjadi masjid ini merupakan cikal bakal pembebasan Al-Aqsa kelak. Sebagai seorang muslim, aku mengaminkan doa beliau dan warga muslim Turki lainnya.

Sejarah Turki tak bisa lepas dari kisah Muhammad Al-Fatih. Seorang panglima terbaik di kalangan umat Islam. Ia adalah sosok yang disebutkan dalam hadits Nabi sebagai pemimpin terbaik dan pasukannya adalah pasukan terbaik yang akan membebaskan Konstantinopel.

Pada tanggal 29 Mei 1453, Muhammad Al-Fatih membebaskan Konstantinopel. Setelah meraih kemenangan itu, ia menuju ke Hagia Sophia seraya mengucapkan, “Masya Allah, Masya Allah.” Menoleh kiri dan kanan lalu mengucapkan kalimat itu kembali.

Ketika sampai di Hagia Sophia, ia turun dari kudanya dan bersujud syukur ke arah Ka’bah. Ia mencopot sorbannya dan menggenggam tanah Konstantinopel lalu menaburkan ke atas kepalanya sebagai tanda bahwa dia bukanlah siapa-siapa. Dia hanya mahkluk yang terbuat dari tanah. Allah yang telah membebaskan Konstantinopel.

Ia masuk ke dalam Hagia Sophia dan mendapati ada banyak sekali orang di sana. Ada anak kecil, perempuan dan orang-orang tua. Mereka takut dan merasa khawatir karena berpikir bahwa kaum muslimin akan membalaskan dendam orang-orang muslim yang ada di Andalusia (Spanyol) yang menjadi korban perang.

“Keluarlah kalian semua dari sini. Siapapun yang ingin tetap tinggal di kota ini maka tinggallah. Mereka tetap boleh tinggal di rumahnya. Bagi siapa yang ingin pergi maka kami akan menjamin nyawanya hingga pintu kota. Tapi kami minta tempat ini dijadikan sebagai masjid,” ujar beliau.

Selanjutnya dibersihkanlah bangunan itu. Dikeluarkanlah berhala-berhala yang sama sekali tak ada hubungannya dengan Islam dan dibangunlah mihrab yang paling bagus di depan. Digeser 9 derajat agar menuju ke arah kiblat. Kemudian berkumandanglah adzan pada saat ashar di hari itu.

Muhammad Al-Fatih mencontoh Rasulullah shollalahu alaihi wassallam ketika pindah dari Mekkah ke Madinah. Rasulullah membangun masjid di Kuba, kota sebelum Madinah. Kemudian membangun masjid Nabawi di Madinah. Masjid didahulukan pembangunannya dibandingkan bangunan lainnya. Artinya ini menunjukkan kepada kita bahwa masjid adalah jantung dari peradaban Islam.

###

Cek pos lainnya di sini.