Stasiun 02 – Mujahadah

Qira’aah Kitab Arrisalah Al-Qushairiyyah oleh Ustadz Prof. H. Abdul Somad, Lc., MA. Ph.D

Mujahadah diambll dari tiga huruf yaitu jim, ha dan dal. Dari akar kata ini pula muncul kata ­jihad, ijtihad, dan mujtahid. Mujahadah artinya berjuang melawan hawa nafsu.

Nabi Muhammad shollallahu alaihi wassalam pernah ditanya, “Jihad apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Jihad yang paling utama adalah berani mengatakan keadilan di hadapan penguasa dzalim dan jahat.”

Contoh orang yang berani seperti itu adalah Nabi Musa kepada Firaaun dan Nabi Ibrahim kepada Namrud. Keduanya mengatakan kebenaran kepada raja yang dzalim. Juga Nabi Muhammad kepada pemimpin-pemimpin Mekkah yang kala itu masih kafir.

Apa korelasi antara mujahadah dengan keberanian mengutarakan kebenaran dan keadilan?

Banyak orang yang mampu menahan lapar, nafsu amarah atau bahkan menahan sakit. Tetapi tidak banyak orang yang berani mengatakan kebenaran kepada pemimpin yang dzalim. Jika ada orang yang berlaku seperti itu maka resikonya juga besar. Orang-orang ada yang tahu akan kebenaran tetapi tidak mau mengatakannya kepada pemimpin atau rajanya. Mereka takut akan keselamatan, kedudukan atau status sosialnya di masyarakat akan berubah. Ternyata ada nafsu yang lebih bahaya daripada nafsu makan, minum dan sex yang tidak terkontrol yaitu nafsu mendekatkan diri kepada kekuasaan.

Fi kulli harokah, barokah. Artinya dalam setiap pergerakan ada keberkahan. Misal jika berdzikir dengan menggerakkan tangan atau memakai tasbih (perbuatan dzohir) maka akan datang keberkahan ke dalam batinnya.

Manusia terdiri dari dzohir dan batin. Yang tampak dan tidak tampak. Tapi ada orang yang mengatakan bahwa manusia itu hanya terdiri dari yang tampak saja. Ada mata, telinga, lidah dan semua anggota tubuh. Tak ada unsur batin. Kepercayaan atau filsafat seperti ini disebut Filsafat Wujudiah. Wujud (tampak) disebut sebagai materi oleh orang-orang barat. Pemahaman tentang hal ini disebut juga sebagai materialisme. Pernah mendengar kalimat seeing is believeing? Yaitu kepercayaan hanya pada yang tampak saja. Sedangkan di Islam tidak seperti itu.  Kita mempercayai ada hal ghaib. Tuhan kita ghaib. Malaikat ghaib. Meskipun tak tampak tetapi kita bisa merasakannya.

Dasar mendekatkan diri kepada Allah itu ada 3 yaitu:

  1. Jangan makan kecuali benar-benar lapar.
  2. Jangan tidur kecuali sudah kantuk yang sangat berat.
  3. Jangan bicara kecuali hal yang sangat penting.

Artinya jika seseorang bisa sedikit makan, tidur dan bicara maka ia sedang menahan nafsunya (bermujahadah). Jangan sampai sebaliknya yaitu sedikit-sedikit makan, tidur dan bicara.

Seseorang tidak sampai kepada level derajat orang sholeh kecuali dia sudah melewati 6 fase yaitu:

  1. Ditutupnya pintu kenikmatan (makan kenyang, tidur lama dan lain-lain) dan, dibukanya pintu melakukan hal-hal yang berat (merenung, bangun malam, menulis kitab, sedikit makan dan lain-lain).
  2. Ditutupnya pintu kemuliaan, dibukanya pintu kehinaan. Misal meninggalkan kemewahan dan memilih bersifat sederhana.
  3. Ditutup pintu ketenangan, dibuka pintu berat (mujahadah).
  4. Ditutup pintu tidur, dibuka pintu berjaga. Artinya sedikit tidur dan malamnya lebih sering digunakan untuk qiyamullail dan mengkaji ilmu.
  5. Ditutup pintu kecukupan, dibuka pintu kefakiran. Diri ini fakir (tidak memiliki apa-apa) karena hanya Allah yang Maha Kaya. Hanya bersandar kepada pertolongan dari Allah.
  6. Ditutup pintu panjang angan-angan (berkhayal), dibuka pintu persiapan menuju kematian.

Penjelasan lebih lengkap bisa kamu dengar dan resapi langsung dari Ustadz Abdul Somad dengan melihat video di bawah ini.

###

Mari belajar hal lain dari Ustadz Abdul Somad di sini.