Stasiun 04 – Taqwa

Qira’aah Kitab Arrisalah Al-Qushairiyyah oleh Ustadz Prof. H. Abdul Somad, Lc., MA. Ph.D

Orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang bertaqwa. Bukan yang paling kaya, tinggi jabatannya, cantik, tampan, hebat dan mashur melainkan orang yang paling takut kepada Allah.

Abu Said Alhudri bercerita, “Datang seorang laki-laki menjumpai nabi Muhammad shollalahu alaihi wassalam dan dia berkata, ‘Wahai nabi utusan Allah, berilah aku wasiat (pesan).’ Nabi Muhammad bersabda, ‘Hendaklah engkau takut kepada Allah (taqwa). Karena taqwa itu adalah kumpulan semua kebaikan. Hendaklah engkau berjihad karena jihad itu adalah rohbaniyyah  Hendaklah engkau banyak mengingat (berdzikir) Allah karena dzikir itu adalah cahaya bagimu.’”

Anas bin Malik berkata, “Yang disebut sebagai keluarga Muhammad itu adalah setiap orang mukmin yang bertaqwa.”

Hakikat taqwa adalah berlindung dari adzab Allah dengan taat kepada-Nya. Menjaga diri dari api, siapkan air. Menjaga diri dari hujan, siapkan payung. Menjaga diri dari panas, siapkah kipas. Dan jika kita mau menjaga diri dari adzab Allah yaitu dengan selalu taat kepada-Nya.

Awal ketaqwaan itu bermula dari menjaga diri dari kemusyrikan. Kemudian menjaga diri dari berbuat maksiat dan perbuatan jahat. Setelah itu menjaga dari hal yang samar-samar (syubhat). Dan terakhir meninggalkan perkara-perkara yang tidak penting.

Kalau mau melihat kualitas keislaman seseorang, lihatlah bagaimana cara dia meninggalkan ucapan dan tindakan atau perbuatan yang tidak penting bagi dirinya.

Imam Nushrobaji berkata, “Taqwa adalah orang yang menjaga dirinya dari yang selain Allah.”

Imam Abdilah Arruzbari berkata, “Taqwa adalah meninggalkan segala sesuatu yang membuatmu jauh dari Allah.”

Sifat orang yang bertaqwa (Attaqi) itu ada tiga yaitu tidak mengotori dzohirnya dengan hal yang bisa membuat lalai dari Allah, batinnya tidak dikotori dengan banyak alasan (saat ingin berbuat baik), dan dia mengalahkan nafsu dan memilih untuk mengikuti perintah Allah.

Ibnu Attha berkata,”Taqwa itu ada dzohir dan batin. Dzohirnya taqwa adalah dengan menjaga batasan (perintah dan larangan) yang telah ditetapkan oleh Allah. Batinnya taqwa adalah ada niat baik dan mensucikan niat hanya karena Allah subhanahu wataala.

Jika ada muslim yang ditanya kenapa ia tidak solat lalu ia menjawab, “Yang penting hati saya sudah bertaqwa.” Itu tidak benar. Sebab taqwa bukan hanya soal batin. Dzohirnya taqwa (dalam contoh ini adalah solat) mesti tetap ia kerjakan. Islam mengajarkan bahwa solat itu ada waktunya. Dalam sehari terdapat 5 kali waktu untuk solat. Jika ada yang tidak solat dengan alasan taqwanya sudah ada di hati maka itu tidak benar.

Sama halnya dengan perempuan muslimah yang diwajibkan memakai hijab. Lalu ada orang yang mengatakan, “Yang penting hatinya dulu yang berhijab.” Itu juga tidak benar.

Bertaqwalah dengan sebaik-batiknya taqwa. Berislamlah dengan sepenuhnya, jangan sepotong-sepotong.

Keterangan :

Rohbaniyyah artinya memutuskan diri dari hal yang lain untuk fokus beribadah.

###

Penjelasan lebih lengkap bisa kamu dengar dan resapi langsung dari Ustadz Abdul Somad dengan melihat video di bawah ini.

Mari belajar hal lain dari Ustadz Abdul Somad di sini.

Netizen

Saat ini Netizen (warganet/warga di dunia maya) merasa lebih penting daripada Citizen (warga di dunia nyata). Mereka banyak yang pandai menghakimi orang lain. Ada empat tipe Netizen saat ia beraksi di dunia maya dalam menyampaikan pendapat atau komentarnya terhadap sesuatu atau seseorang. Continue reading “Netizen”

GPS 5 – Orang Yang Takut Melakukan Maksiat

Golongan Penghuni Surga (GPS) yang kelima adalah seorang laki-laki yang dirayu oleh perempuan untuk melakukan perbuatan dosa (zina) tetapi dia mengatakan bahwa dia takut kepada Allah. Orang yang bermoral seperti ini akan dilindungi oleh Allah di akhirat nanti. Ia tidak mudah terjatuh oleh bujuk rayu dan tidak mudah terpesona oleh wajah-wajah yang menggiurkan. Continue reading “GPS 5 – Orang Yang Takut Melakukan Maksiat”

Bila Ajal Tiba

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh!

Alhamdulillah, Wassholatu Wassalamu Alaa Sayyidina Rosulillah, Sayyidina Wamaulana Muhammad Ibnu Abdillah, Wa Alaa Alihi Washobihi Wama Walah, Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah. Amma Ba’du.

Saudara-saudara kaum muslimin rohimakumullah, sudah menjadi keyakinan pada kehidupan bahwa segala hal yang ada permulaannya, tentu akan ada penghabisannya. Setiap yang punya awal, mesti ada akhir. Tidak ada keabadian dalam kehidupan ini. Semuanya datang dan pergi silih berganti. Berubah oleh pergeseran masa dan putaran waktu. Demikianlah kalau kita mau merenungi kehidupan dari alam sekitar, sejak dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai pada kehidupan manusia.

Dimulai sejak manusia terlahir ke alam dunia. Keluar dari alam rahim ibu yaitu bayi yang merah tidak berdaya untuk meningkat menjadi anak-anak. Dari kehidupan anak-anak lalu berubah menjadi remaja, dengan segala keceriaan dan kelincahannya. Dan dari masa remaja memasuki usia dewasa untuk berangsur memasuki hari tua.

Lalu setelah memasuki hari tua, sehari, seminggu, sebulan, setahun dan sampailah pada batas waktu tertentu yang telah ditentukan oleh Allah yang dinamakan ajal. Dan bertemulah kita dengan yang disebut maut. Ini merupakan kepastian dalam kehidupan.

Continue reading “Bila Ajal Tiba”